Related Posts with Thumbnails

Saturday, July 25, 2009

Seni Budaya dan Kriteria Kesenian Islami Fiqih Kontemporer

0 comments

Seni Budaya dan Kriteria Kesenian Islami

23/7/2009 | 01 Sya'ban 1430 H
Oleh: Dr. Setiawan Budi Utomo
Konser Nasyid

Konser Nasyid

dakwatuna.com – Seiring dengan kian maraknya produk nasyid dan lagu-lagu lokal maupun impor yang dikategorikan sebagai representasi seni bernafaskan Islam, baik dalam berbagai bentuk media antara lain kaset, CD, pentas seni, album grup nasyid; kreativitas seni yang ‘bernafaskan Islam’ dipertanyakan. Hal itu sejalan dengan meningkatnya animo masyarakat muslim untuk memiliki identitasnya dalam kesenian. Namun, karena tidak jelasnya rambu-rambu syariah tentang seni sehingga banyak timbul penyimpangan dari segi lirik, gaya maupun cara penyajian, seperti pengkultusan manusia, aroma aqidah yang tidak sesuai dengan ahlus sunnah wal jama’ah (aqidah salaf), dominasi suara irama musik. Meskipun begitu, karena minimnya produk album yang murni islami, masyarakat terpaksa membeli album-album tersebut asal masih bernuansa dzikir, dakwah dan nasehat. Persoalan yang sering menjadi perdebatan adalah adakah hubungan Islam dengan seni, apakah sebenarnya yang dinamakan seni Islami dan bagaimanakah rambu syariah yang dapat memilahkan dan mengambil sikap antara seni islami dengan jahiliyah. Dapatkah kita katakan bahwa al-Qur’an adalah wahyu yang mengajarkan seni agung di samping petunjuk hidup.

Islam adalah dien al-fitroh, seluruh ajarannya berjalan harmonis dan selaras dengan naluri dasar dan kesiapan manusia bahkan prinsip-prinsip dan kaedah-kaedah syari’ahnya memenuhi hajat hidup manusia dalam berbagai aspeknya. Firman Allah swt. yang artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( QS. 30:30 )

Al-Imam Al-Ghozali menjelaskan bahwa Allah swt. telah memberi manusia akal dan pancaindera. Tiap-tiap dari pancaindera itu ingin menikmati sesuatu menurut nalurinya masing-masing. Umpamanya, penglihat ingin menikmati sesuatu yang indah; pendengar, ingin mendengarkan sesuatu yang merdu dan nyaring. Jadi tidak masuk akal bila semua pemandangan, tontonan/hiburan kesenian dan berbagai apresiasi estetika dihalangi dalam Islam. Namun naluri pancaindera itu jangan dibiarkan berjalan sekehendaknya, melainkan harus dikontrol dan disalurkan ke jalan yang baik. (Ihya Ulumuddin,VI/136-169) Rasul pun menyatakan bahwa naluri estetika tidak bertentangan dengan Islam bahkan disukai dan menjadi bagian kehidupan integralnya dengan sabdanya, “Allah itu indah dan menyukai keindahan ” (HR. Muslim).

Prof. Mahmoud Syaltout dalam bukunya Al-Fatawa (hal. 375-380) menegaskan bahwa syari’at Allah tidak membunuh naluri (ghorizah/instink) manusia tetapi dirawatnya, karena manusia tidaklah bisa melaksanakan tugasnya di dalam dunia ini tanpa mempergunakan naluri panca inderanya. Tidaklah masuk akal sama sekali bahwa Allah dalam memberikan perintah-perintah-Nya kepada manusia harus pula membunuh nalurinya, tetapi yang logis adalah kekuatan dan tenaga naluri itu harus dipergunakan dan disalurkan kepada yang wajar sebagaimana yang diridhai Allah.

Berbicara masalah seni sebagai manifestasi dari sebuah apresiasi, kreasi dan ekspresi gagasan, emosi dan ide tidak bisa terlepas dari nilai, norma dan etika. Sebab tiada satu pun aktivitas dinamika kehidupan manusia yang bebas nilai dan norma, termasuk kegiatan dunia seni yang tidak dapat dihindarkan dari muatan motivasi, pesan ajaran, dan idealisme yang melatarbelakangi semua itu dari lingkungan sosio kulturalnya.

Dewasa ini tengah berlangsung -disadari atau tidak- suatu kemelut yang berhubungan dengan masalah tradisi dan kebudayaan. Kemelut ini bergejolak di seluruh negeri-negeri Islam yang merupakan suatu realisasi pertarungan hak dan batil, antara nilai-nilai islami dan jahili, antara fitrah kesopanan dan nafsu urakan. Kemelut ini sebenarnya telah berlangsung lama, sejak kelahiran anak Adam as. di muka bumi dan tiada henti-hentinya sampai kiamat. Prof. Dr. Muhammad Quthb menggambarkan betapa pertarungan tersebut hebat sekali. Arenanya meliputi semua lapangan kehidupan; di rumah, di jalan, di tempat hiburan dan sekolah, di bis dan kendaraan umum lainnya, dalam majalah dan surat kabar, dalam ceramah-ceramah dan buku-buku, di pedesaan dan di perkotaan. Pemeran dan pelakunya adalah para generasi muda, putra-putri, orangtua, para pengajar dan pelajar, para pengarang dan pemikir, pria dan wanita bahkan semua manusia ikut terlibat dengan kemelut ini.(Ma’rokah At-Taqolid, hal.2)

Fenomena pertarungan budaya ini semakin tragis dan parah semenjak dunia Islam terlena dan lelap dalam tidur selama lebih kurang dua abad dan yang paling dahsyat, sejak kejatuhan negeri-negeri Islam ke tangan kaum imperialis Barat pada abad XIX M ( XIII H ). Hal itu sebagai efek kejumudan (stagnasi) umat dalam bidang mental, spiritual, cita rasa, pemikiran dan kreasi. Kebekuan yang telah mengubah karya dan upaya generasi sebelumnya menjadi monumen mati tanpa ruh dan lebih suka menirukan dan menelan budaya asing, tanpa berdaya membuat terobosan dan gebrakan baru sebagai alternatif islami bagi dinamika perubahan zaman di tengah-tengah kekacauan nilai.

Pada gilirannya, umat Islam khususnya generasi mudanya terlanjur sulit melepaskan diri dari seni budaya materialistis sekuler Barat karena telah merasuk ke dalam dirinya. Tidak mengherankan lagi bila mereka tergila-gila dan menggandrungi para seniman Barat begitu ‘ngefans‘ dan mengidolakan berbagai group band dan musik serta personilnya seperti, Madonna, Mick Jagger, Jason Donovan, Bon Jovi, Rod Stewart, Michael Jackson, Tommy Page dan masih banyak idola-idola lainnya baik di bidang film, musik maupun seni lainnya. Sangat disayangkan, sementara itu pemikiran dan kehidupan mereka jauh dari nilai-nilai Islam. Idola-idola semu mereka tersebut lebih lekat di benak kawula muda Islam lengkap dengan ulah dan lika liku hidupnya. Bahkan sudah lebih lekat dari pada nama-nama para Nabi dan Rasul, para pemikir dan ulama Islam serta budayawan dan seniman muslim masa kini dan yang lampau. Mereka lebih hafal dan fasih dengan lagu-lagu dan film-film ‘asing’ yang urakan ketimbang membaca surat Al-Fatihah. Sungguh memalukan dan memprihatinkan bila kondisi generasi kita telah terjangkit kronis penyakit ‘demam asing’ asal trendi, gandrung dengan produk seni budaya yang asing dari nilai-nilai Islam dan budaya kesopanan Timur sebagai korban dari Ghazwul Fikri suatu upaya bertahap pemurtadan umat Islam dan pengasingan nilai-nilai Islami.

Sebagai akibat kejatuhan politik dan peradaban Islam pada abad XIX Masehi, pola dominasi Barat telah banyak mempengaruhi dan menguasai kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan berbagai aspek lainnya. Dalam mempengaruhi pola pikir dan budaya umat Islam, mereka menggunakan segala cara yaitu media cetak, elektronik, panggung, podium dan banyak media massa dan komunikasi lainnya. Selanjutnya, seni budaya Islam mengalami kristalisasi (idzabah/peleburan) dan memasuki proses akulturasi dengan kesenian dan kebudayaan Barat yang berakibat hilangnya unsur ashalah dari yang dinamakan seni dan budaya Islam.

Umat Islam semakin sulit dan hampir tidak bisa mengidentifikasi hasil seni budaya yang pantas untuk budaya kesopanan bangsa Timur apalagi yang sesuai dengan ketentuan dan ajaran Islam karena kepribadian dan pemikiran mereka sudah menjadi ‘Barat’ atau ‘Semi Barat’. Oleh karenanya, mereka mencoba mereka-reka sendiri apa yang dinamakan seni budaya Islam. Klasifikasi dan identifikasinya berdasarkan asumsi kabur dan kriteria yang tidak jelas, serba samar-samar dan batasan yang transparan, sangat tipis, longgar dan lemah sebatas pengetahuan mereka yang minim/awam dan dangkal tentang disiplin keislaman. Ironis memang namun sudah jamak bila sering terjadi di masyarakat kita tradisi salah kaprah dalam menilai dan menyajikan sebuah seni Islam. Maka setiap karya budaya dan segala bentuk apresiasi seni yang asalkan sudah menyebut lafazh, istilah, idiom, gaya dan berbagai atribut keislaman lainnya dan dipoles dengan sebutan dan sentuhan warna dan nuansa keislaman, sudah dapat dikategorikan dan dinamakan “seni Islam” atau “seni budaya yang bernafaskan Islam.” Padahal, setelah dikaji lebih matang dan cermat ternyata hakikatnya baik dari faktor penunjangnya maupun unsur substansial dan essensialnya juga muatan materi dan cara penyajiannya sudah menyimpang dari ketentuan syariah Islam. Seni budaya kita telah terkontaminasi oleh seni budaya materialis, liberalis dan permissivis “Barat” atau terrembesi oleh seni budaya sinkritis pluralis “Timur” yang masih tersisa akar-akar tradisi animisme, dinamisme, hinduisme, budhaisme, feodalisme, kebatinan, dunia dewataisme kultus figur dan penyimpangan lainnya. Jadi, sebenarnya kita lebih sering terjebak dengan tradisi dan budaya ‘polesan‘ yang mungkin karena pertimbangan komersial, faktor keawaman ataupun pemaksaan image tanpa didukung penghayatan nilai dasar keislaman.

Seni secara umum merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara) penglihatan ( seni tulis/lukis) atau dilahirkan dengan perantara gerak (seni tari, drama)” , menurut hemat saya, belum dapat dikatakan representatif dan komprehensif yang mencakup dan mewakili semua unsur esensial dan substansial dari seni itu sendiri. (Ensiklopedi Indonesia, V / 3080, 3081)

Seni menurut Islam hakikatnya sebuah refleksi dan ekspresi dari berbagai cita rasa, gagasan dan ide sebagai media komunikasi yang bergaya estetis untuk menggugah citarasa inderawi dan kesadaran manusiawi dalam memahami secara benar berbagai fenomena, panorama dan aksioma yang menyangkut dimensi alam, kehidupan, manusia dan keesaan/keagungan rabbani berdasarkan konsepsi ilahi dan nilai-nilai fitri yang tertuang dan tersajikan dalam bentuk suara/ucapan, lukisan/tulisan, gerak dan berbagai implementasi dan apresiasi lainnya. Seni realitanya sebagai suatu media komunikasi, interpretasi, sekaligus kreasi. Maka dalam menilai sebuah apresiasi seni tidak dapat dielakkan dari unsur-unsur dan dimensi-dimensi integralnya yang menyangkut; keyakinan, ideologi, motivasi, pola pikir, kepekaan, kepedulian, arah dan tujuan di samping aspek gaya dan estetikanya. Oleh karenanya, tiada satu pun bentuk apresiasi dan karya seni yang bebas nilai. Maka dalam menilai satu seni sebagai seni Islam diperlukan kriteria dan rambu-rambu syariah yang jelas sehingga dapat mudah membedakan dan memilahkannya dari kesenian jahiliah meskipun bernama ataupun menyebut lafal keislaman.

Di antara kaedah-kaedah dan kriteria tersebut adalah: 1.Harus mengandung muatan pesan-pesan hikmah kebijakan dan ajaran kebaikan di antara sentuhan estetikanya agar terhindar laghwun (perilaku absurdisme, hampa, sia-sia) 2.Menjaga dan menghormati nilai-nilai susila Islam dalam semua segi sajiannya. 3.Tetap menjaga aurat dan menghindari erotisme dan keseronokan. 4. Menghindari semua syair, teknik, metode, sarana dan instrumen yang diharamkan syari’at terutama yang meniru gaya khas ritual religius agama lain (tasyabbuh bil kuffar) dan yang menjurus kemusyrikan. 5.Menjauhi kata-kata, gerakan, gambaran yang tidak mendidik atau meracuni fitrah. 6.Menjaga disiplin dan prinsip hijab dan 7. Menghindari perilaku takhonnus (kebancian) dan sebaliknya. 8. Menghindari fitnah dan praktek kemaksiatan dalam penyajian dan pertunjukannya. 9. Dilakukan dan dinikmati sebatas keperluan dan menghindari berlebihan (israf dan tabdzir) sehingga melalaikan kewajiban kepada Allah. (Abdurrahman Aljaziri dalam Al-Fiqh ‘alal Madzahibil Arba’a, II/ 42-44, Dr. Yusuf Al-Qordhowi dalam Al Halal Wal Haram fil Islam, hal. 273-276)

Menurut Islam seni bukan sekadar untuk seni yang absurd dan hampa nilai (laghwun), keindahan bukan berhenti pada keindahan dan kepuasan estetis. Sebab semua aktivitas hidup tidak terlepas dari lingkup ibadah yang universal. Seni Islam harus memiliki semua unsur pembentuknya yang penting yaitu; jiwanya, prinsipnya, metode, cara penyampaiannya, tujuan dan sasaran. Motivasi seni Islam adalah spirit ibadah kepada Allah, menjalankan kebenaran (haq), menegakkan dan membelanya demi mencari ridha Allah swt. bukan mencari popularitas ataupun materi duniawi semata. Seni Islam harus memiliki risalah dakwah melalui sajian seninya yaitu melalui tiga pesan :

1.Tauhid; dengan menguak dan mengungkap kekuasaan, keagungan dan transendensi (kemahaannya) dalam segala-galanya, ekspresi dan penghayatan keindahan alam, ke-tak-berdayaan manusia dan ketergantunganya terhadap Allah, prinsip-prinsip uluhiyah dan ‘ubudiyah.

2. Insaniyah dan Inqodz al-Hayah (menyelamatkan hak-hak asasi manusia dan kehidupan alam) seperti; mengutuk kezhaliman/penindasan, penjajahan, perampasan hak, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, memberantas kriminalitas, kejahatan, kebodohan, kemiskinan, perusakan lingkungan hidup, menganjurkan keadilan, kasih sayang, kepedulian sosial-alam dan sebagainya.

3. Akhlaqiyah dan Ta’alim Islam (kepribadian/akhlaq, konsep dan praktek ajaran Islam) seperti; tema kejujuran, pengabdian, pengorbanan, kesetiaan, kepahlawanan/ kesatriaan, solidaritas, kedermawanan, kerendahan hati, keramahan, kebijaksanaan, perjuangan/kesungguhan, keikhlasan dan seterusnya. Juga penjelasan nilai-nilai keislaman dalam berbagai segi seperti sosial keluarga dan kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, politik dan seterusnya.

Dari semua tema dan pesan-pesan di atas dapat mengambil contoh-contoh dari peristiwa-peristiwa aktual maupun saksi dan fragmen kehidupan sejarah masa lampau ataupun kisah fiktif yang tidak bertentangan dengan kaidah syar’i dan melewati batas-batas kewajaran. Dalam presentasinya dapat diperkaya dengan hikmah ayat-ayat, hadits-hadits, sirah rasul serta ujar para ulama dan warisan bijak tradisional.

Wahyu Islam Al-Qur’an Al-Karim, memang tampil sebagai sajian agung (ma’dubatur rahman) yang menggarap semua nilai-nilai keagungan. Jika ada sesuatu yang bisa dikatakan sebagai seni, maka Al-Qur’an adalah mahaseni. Dan jika pikiran muslim telah dipengaruhi oleh sesuatu maka sesuatu itu adalah Al-Qur’an. Jika pengaruh tersebut cukup dalam sehingga bersifat konstitutif dalam setiap segi, maka demikian pula dalam segi estetika. Tidak ada manusia muslim yang tidak tersentuh lubuk hatinya, citrarasa dan kesadarannya oleh irama, sajak dan segi-segi kefasihan (aujuh balaghoh) Al-Qur’an; Tidak ada muslim yang norma-norma dan standar-standar keindahannya tidak dibentuk kembali oleh Al-Qur’an dan citranya sendiri.

Aspek dari Al-Qur’an inilah yang disebut i’jaz nya atau “kekuatannya yang menaklukkan”, “kemampuannya untuk menantang pembaca tanpa bisa ditandingi olehnya.” Dalam kenyataannya, Al-Qur’an telah menantang para pendengarnya, orang-orang Arab dengan ketinggian sastra mereka, untuk menghasilkan sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an” baik segi santun bahasa maupun bobot isinya (QS. Al-Baqarah:23-24) dan sekaligus membungkam mereka karena ketidakmampuan dan berdayaan mereka melakukan hal itu (QS 10:38 ; 11:13 ; 17:88 ). Sebagian dari musuh-musuh Islam di zaman Nabi ada yang memaksakan diri menjawab tantangan tersebut dan hasilnya dipermalukan oleh penilaian lawan-lawan mereka dan juga kawan-kawan mereka sendiri. (Abdul Qadir Al-Jurjani dalam Dalail Al-I’jaz )

Setiap orang mengakui bahwa meskipun ayat-ayat Al-Qur’an tidak mengikuti pola-pola puisi konvensional, namun ayat-ayat tersebut menghasilkan efek yang sama dengan puisi bahkan pada tingkat yang paling tinggi. Setiap ayatnya adalah lengkap dan sempurna menjadi satu kesatuan yang harmonis (wihdah maudhu’iyah wa jamaliyah) yang kaya akan nilai ungkapan-ungkapan sastra atau artikulasi yang hidup, menyentuh, indah dan agung. Demikian kuat momentum yang dihasilkannya hingga pembacanya akan tertarik hanyut bersamanya tanpa dapat menahan dirinya, menantikan ayat berikutnya dan terpaku diam ketika mendengarnya. Proses ini berulang lagi dengan ayat-ayat berikutnya. (Lihat, Al Ishfahani dalam Kitab Al-Aghoni dan Sayyid Qutb dalam Tashwiiru Al Fanni Fil Qur’an dan Masyahidul Qiyamah). Estetika dan harmoni seni Islam tidak saja mewarnai ayat-ayat Qur’aniyah, lebih jauh seni Islam terhampar pada gelaran jagad raya yang tiada cacatnya. Semuanya Allah ciptakan dengan kecermatan yang sempurna, tidak ada segi dan unsurnya yang sia-sia atau kerancuan (bathilah) semua serba melengkapi dan mendukung membentuk kesatuan fitrah panorama yang indah (QS 3:190-191).

Dengan demikian generasi muslim dapat membuktikan kesanggupan dan kesiapannya untuk mewarisi karya jenius seni dan kebudayaan Islam dari para perintis seni budaya Islam yang agung serta mengubur anggapan gagalnya proses upaya regenerasi seni budaya Islam seperti pernyataan Richard Ettinghausen dalam bukunya,” The Character of Islamic Art, The Arab Heritage (hal. 251-267 ). Namun, pada saat dinamika kreativitas dunia seni Islam baru dalam tahap mulai merangkak kembali; pada saat para seniman, kaum intelektual dan generasi muslim yang berorientasi dan berobsesi mewujudkan dan menghadirkan kembali seni budaya Islam yang selalu aktual masih langka; pada saat segenap perangkat dan daya dukung pembentukan seni budaya Islam belum mendapatkan tempat dan kesempatan yang layak untuk hadir di tengah-tengah umat, pada saat masyarakat pada umumnya belum akrab dengan nilai budaya Islam kita tidak perlu bingung, meratap dan putus asa yang berakibat kepasrahan ataupun kekalahan sebab, sajian seni aksiomatik ayat-ayat Qur’aniyah dan panorama estetika alamiah sudah lama menunggu dan selalu siap hadir menjadi alternatif dasar fitri dengan kekayaan nilai, potensi dan keindahannya karena bersumber dari Yang Maha Indah untuk memenuhi hajat naluri kemanusiaan kita dan tidak akan kehabisan unsur, materi dan sentuhan aktualitas, variasi dan estetika tanpa harus menabrak rambu syariah dalam bidang seni seperti di atas. Wallahu A’lam. Wabillahit Taufiq wal Hidayah.

Selalu Ada Solusi

0 comments
2/7/2009 | 10 Rajab 1430 H | Hits: 1,511
Oleh: Ibnu Jarir, Lc

Kuda Kemenangandakwatuna.com - Segala puji hanya bagi-Mu ya Allah, Engkau Maha memberi kemenangan bagi siapa saja hamba-Mu yang berjihad dijalan-Mu dan berkorban demi tegaknya kalimat-Mu dengan penuh kesabaran. Ya Allah…Ya Naashiru…tsabat kan kami dalam mengemban amanah Mu, ampuni kelemahan kami dan sikap kami yang melampaui batas…

Saudaraku…

“Huffatil jannatu bilmakarih wahuffatinnaaru bissyahawat…” surga dikitari oleh sesuatu yang tidak disukai oleh nafsu, sebaliknya neraka dihiasi dengan hal-hal yang memanjakan syahwat. Maka hanya hamba-hamba yang sadar surga saja yang mampu mengemban beban perjuangan dan pengorbanan untuk dakwah.

Saudaraku…

Setiap kita hendaknya bertanya pada diri ini, akan kejujuran perjuangan dan pengorbanan kita. Benarkah kita telah berjuang? Berjuang untuk apa dan siapa? Bersabarlah kita dalam perjuangan untuk tetap dalam manhaj-Nya? Untuk tidak tergoda oleh dunia? Atau terbujuk rayuan wanita? Atau terlena dengan tahta?

Saudaraku…

Sudahkah kita berkorban untuk taat? Berkorban untuk tegaknya nilai-nilai Dienullah? Berkorban untuk menghentikan atau meminimalisir kezhaliman? Berkorban untuk membantu saudara-saudara kita yang tertindas? Berkorban dalam dakwah di jalan-Nya? Berkorban untuk menyelamatkan moralitas anak-anak negeri ini? Berkorban…dan berkorban?

Saudaraku…

Betapa terngiangnya genderang kalimat Allah Swt di relung hati kita yang paling dalam, kita yang sadar, kita yang sensitif akan kebahagiaan, kita yang senantiasa merindukan surga, kita yang berharap untuk berjumpa dengan-Nya, kita yang merindukan untuk menatap wajah-Nya,”Am hasibtum ‘an tadkhulul jannah ?”… apakah kita mengira akan mendapat surga dengan begitu mudah?

Saudaraku…

Setelah kita cermati perjuangan dan pengorbanan kita dijalan Allah untuk tegaknya dakwah ini, kita menjadi tahu…, sadar…dan insaf…Ya Allah sesungguhnya kami belum berbuat apa-apa untuk Islam, kecuali sedikiiit..,ya Allah …janganlah Engkau hinakan kami…jangan Engkau azab kami, Ya Allah…ampuni kami…rahmati kami, karuniakan kekuatan kepada hamba-hamba-Mu ini ya Qowiyyu…, agar kami mampu bangkit memperbaiki kelemahan kami … untuk meraih kemenangan dari sisi-Mu…

Saudaraku…

Ingatkah kita akan perjuangan dan pengorbanan pemimpin kita yang agung: Muhammad Saw.? kala tekanan dan permusuhan mendera dirinya untuk sebuah risalah besar dakwah yang di emban nya, hampir-hampir tak sejengkal bumi Mekah yang bisa dipijaknya, sepulang dari Thaif tiba-tiba sebuah pertanyaan dari Zaid bin Haritsah ra. terlontar; “Ya Rasulullah kaifa ta’uudu ila makkah waqod akhrojuuka? ( ya Rasulullah bagaimana engkau akan kembali ke Mekah sedang mereka telah mengusirmu? ) Jawab Rasulullah saw. dengan pemberian harapan besar pada kita dan umat yang besar ini: “Ya Zaid Innallaha jaa’ilun limaa taroo farojan wamakhroja…” (wahai Zaid, sesungguhnya Allah akan menjadikan apa yang saat ini anda lihat, jalan keluar dan solusi…).

Saudaraku…

Semoga kemenangan itu dekat. Semoga kita adalah orang-orang yang terpilih untuk menjadi pelaksana kemenangan dakwah ini. Ya Allah ampunilah kelalaian kami, jadikanlah kami orang-orang yang siap berkorban apa saja untuk dakwah ini… amin.

Pemahaman Politik Islam

0 comments
Imam Hasan Al-Banna menjelaskan, kebangsaan sempit tertolak dalam prinsip Islam dan tergolong bathil, karena berlandaskan pada semangat pertikaian, perpecahan, persaingan (tidak sehat), dan lain-lain.

Dari Buku: Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna.

Penulis: Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris.

Beberapa Pemahaman Politik Islam

Perlu disebutkan di sini ialah bahwa Imam Hasan Al-Banna terbukti mampu melahirkan pemahaman-pemahaman politik Islam terkait beberapa terminonogi (istilah) politi yang berkembang di Mesir, negeri-negeri Aran dan juga Dunia Islam lainnya. Di antara terminologi tersebut adalah Al-Qaumiyyah (Nasionalisme) serta Al-Wathaniyyah (Cinta Tanah Air). Tentang masalah ini, Imam Hasan Al-Banna mengemukakan istilah-istilah baru terkait dengan prinsip nasionalisme serta menjelaskan bagaimana pandangan Islam terhadap prinsip tersebut:

a. Nasionalisme Kebanggaan

Hasan Al-Banna rahimahullahm menyebutkan jika ada pihak yang berbangga dengan prinsip nasionalisme dengan maksud ialah kewajiban bagi generasi penerus untuk mengikuti jejak para nenek moyang mereka yang beriman kepada Allah sebagai tuhan mereka yang disembah dan ditaati, dan Islam sebagai sistem hidup, serta nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul, lalu mereka menyebarkan Islam sebagai akidah, syariat dan pandangan hidup, menerapkan hukum dengan keadilan Islam serta menyinari pola pikir manusia dengan cahaya keimanan, maka ini adalah cita-cita mulia, yang sangat relevan dengan prinsip Islam, bahkan Islam memotivasi tindakan-tindakan seperti itu.

Islam memerintahkan umatnya untuk mengikuti jejak Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WA SALLAM dan para Khulafaurrasyidin yang memiliki komitmen dan dedikasi tinggi terhadap perkembangan dakwah Islam. Di samping Islam juga memerintahkan umatnya untuk mengikuti para pendahulu yang telah mempersembahkan karya-karya terbaik mereka demi agama yang mereka anut dan eksplorasi dari pemahaman intisari Al-Qur`an, sunnah, dan ijma’ kaum Muslimin.

b. Nasionalisme Kebangsaan

Jika yang dimaksud dari istilah tersebut, bahwa umatnya harus lebih baik (utama) dengan kebaikan, harta dan segala upaya yang dilakukan sendiri, maka spirit ini seirama dengan prinsip yang dijunjung oleh Islam. Buktinya, infak terhadap karib kerabat bernilai ganda, yaitu pahala sedekah dan pahala silaturrahmi dengan kerabat . Inilah yang ditetapkan Allah Ta’ala dalam Qur’an surah Al-Baqarah ayat 215:

(يَسْأَلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَاْلأَقْرَبِيْنَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِيْنَ وَابْنِ السَّبِيْلِ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ) [البقرة: 215]

Artinya: mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.

Hal ini juga ditegaskan juga dalam sabda Rasulullah terhadap Abi Thalhah ra, tatkala ia ingin menyedekahkan kebun kurma yang merupakan aset kekayaan yang paling ia cintai, Rasulullah bersabda: Menurutku hendaklah kamu sedekahkan kebun kurma itu pada kerabatmu. Kemudian Thalhah membagikan kebun kurma tersebut pada karib kerabat dan para anak pamannya. (Hadits Muttafaqun ‘Alaih. Lihat Riyadhush-shalihin hadis No 320).

c. Nasionalisme Jahiliyyah

Imam Hasan Al-Banna memberikan warning tegas terhadap prinsip nasionalisme yang dianut oleh kaum jahiliyyah, karena yang dimaksud oleh para penyeru nasionalisme semacam ini adalah upaya menghidupkan kembali semangat-semangat jahiliyyah yang telah dibumihanguskan oleh Islam, seperti semangat fanatisme kesukuan, sikap sombong dan merasa lebih dari orang lain, kendati mereka Muslim, menyerukan kembali kepada nilai-nilai jahiliyyah dan sebagai ganti dari nilai-nilai keimanan dan etika-etika Islam yang mulia. Prinsip-prinsip nasionalisme seperti ini berusaha dihidupkan kembali oleh partai-partai sekuler yang yang menuduh Islam terbelakang (kuno) sehingga harus dikikis dari realitas kehidupan. Dengan dmikian pemikiran sekuler atau komunisme tersebar luas di tengah masyarakat.

Menyikapi masalah itu Imam Hasan Al-Banna pernah mengeluarkan pernyataan: “Nasionalisme seperti ini amat terscela dan berakibat buruk, akan meruntuhkan nila-nilai kemuliaan serta menyebabkan kehilangan watak-watak terpuji. Perlu diketahui pemikiran seperti ini tidak akan merusak dan merugikan agama Allah (Islam) sedukitpun. Firman Allah dalam Qur’an surah Muhammad ayat 38:

(وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ) [محمد: 38]

Artinya: Dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.

d. Nasionalisme Permusuhan

Nasionalisme ini sesuai labelnya, berlandaskan pada semangat merampas hak-hak orang lain tanpa alasan yang benar. Spirit ini telah berkembang semenjak era jahiliyah dengan segala macam jenisnya. Hal ini dapat ditangkap dari makna syair yang sangat populer di era jahiliyyah:

وَمَنْ لاَ يَظْلِم النَّاسَ يُظْلَم

Artinya: Siapa yang tidak menzhalimi orang lain, maka dia yang akan dizhalimi.

Bahkan dalam komunitas masyarakat jahiliyyah, perbuatan aniaya dan kezhaliman merupakan keutamaan, sementara orang yang tidak berbuat zhalim berhak dicemooh dan dicela. In merupakan makna perkataan penyair yang mencaci Bani ‘Ajlan: “Mereka tidak sanggup menzhalimi orang lain kendati sebesar biji sawi”.

Tipologi nasionalisme ini sangat bertentangan dengan prinsip Islam dan perikemanusiaan, karena hanya akan berakibat pada perselisihan dan pertikaian yang tak berujung antar umat manusia, sehingga terjebak dalam permasalahan yang tidak ada kebaikan di dalamnya.

Setelah Imam Hasan Al-Banna mengetengahkan beragam nasionalisme yang tak relevan dengan konsep Islam, kemudian Beliau mengatakan: “Ikhwanul Muslimin tidak memahami nasionalisme dalam implikasi di atas, sehingga jamaah Ikhwan tidak mengakui keberadaan istilah Fira’unisme, Arabisme, Pinokioisme, syryanisme dan sebagainya. Isme-isme di atas tidak berarti sama sekali dalam Islam. Tapi Ikhwanul Muslimin meyakini sabda Rasulullah yang berbunyi:

إِنَّ اللهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ نخوةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَتَعَظُّمَهَا بِاْلآباَءِ، النَّاسُ ِلآدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ، لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى.

Artinya: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menghapuskan arogansi jahiliyyah dan kebanggaan terhadap nenek moyang, karena sesungguhnya manusia berasal dari Adam dan Adam diciptakan dari tanah, sehingga orang Arab tidak lebih baik dibanding orang a’jam (non Arab) kecuali dengan taqwa mereka.

e. Nasionalisme Islam

Imam Hasan Al-Banna menilai bahwa prinsip nasionalisme Islam berlandaskan pada ikatan aqidah. Setiap yang beriman kepada Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang disembah, Islam sebagai agama (sistem hidup), Muhammad sebagai Nabi dan Rasul maka –dalam pandangan Ikhwanul Muslimin- ia termasuk dalam elemen umat Islam, sehingga Muslim lain berkewajiban membantu, menolong, bersedia berkorban nyawa dan harta demi melindungi saudaranya tersebut.

Ketika menulis risalah “Akan kemanakah kita dakwahi manusia” dengan judul “Nasionalisme Kita, Apa Landasannya?” Beliau mengutip ayat-ayat yang memberikan sinyalemen seputar wala’ (loyalitas) terhadap Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Beliau juga menjelaskn posisi para pendahulu kita dari kalangan orang-orang shalih yang selalu menisbatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala, sehingga mereka senantiasa berpegang teguh pada agama Islam yang kokoh dan menjadi saudara yang saling mencintai karena Allah, meskipun berbeda kelompok, suku bangsa, dan kondisi. Sampai-sampai mereka hanya bangga dengan penisbatan diri terhadap Islam. Salah seorang di antara mereka ditanya: Anda dari suku mana? Anda orang Tamim ataukah orang Qais? Lantas dia menjawab: “Bapak saya “Islam” dan saya tidak punya bapak selain Islam.” Beliau mengungkapkan hal tersebut dikala orang-orang malah berbangga-bangga dengan suku Qais atau Tamim.

Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa nasionalisme Islam adalah nasionalisme kemanusiaan yang menyerap dan menampung seluruh jenis manusia dari suku bangsa, warna kulit, negara asal manapun. Karena menurut Beliau, ikatan dan hubungan aqidah lebih kokoh dibanding ikatan darah, keluarga, kepentingan dan wilayah geografis tertentu. Hal itu bisa terjadi karena hubungan aqidah memberikan kesempatan bagi semua jenis bangsa manusia tergabung dalam satu ikatan “Umat Islam” yang sangat manusiawi.

f. Kebangsaan

Imam Hasan Al-Banna menguraikan dalam “risalah Dakwatuna Fi Thaurin Jadi” bahwa disana-sini muncul beragam propaganda yang santer terdengar pada zaman ini yang ditimbang dengan timbangan Islam. Yang seiring dengan prinsip Islam kita terima, sementara yang bertentangan dengan prinsip Islam kita berlepas diri darinya (tolak).

Bertolak dari cara pandang ini, Imam Hasan Al-Banna melakukan analisa dan pengkajian khusus terhadap rasa cinta tanah air (patriotism) bila ditinjau dari aspek-aspek negatif dan positifnya. Dan akhirnya Beliau menyimpulkan bagaimana konsep politik Islam terhadap implikasi dari kebangsaan atau cinta tanah air tersebut.

Beliau menegaskan bahwa Islam mewajibkan umatnya untuk mencintai negeri dan tumpah darah mereka, serta melakukan tindakan bela negara dan tanah air mereka di saat kondisi menuntut demikian. Bahkan hampir di seluruh buku fiqih Islam ditemukan pembahasan mengenai bab tindakan bela negara yang diberi judul dengan “Bab Jihad”. Karena jihad adalah upaya bela negara dan tanah air, warga negara, harta dan kehormatan.

Beliau beristidlal (mengambil dalil) dari pemahaman akan kecintaan dan kerinduan Rasulullah terhadap kota Makkah. Disebutkan dalam shahih Bukhari, Rasulullah bersabda:

وَاللهِ إِنَّكَ لَخَيْرُ أَرْضِ اللهِ، وَأَحَبُّ أَرْضِ اللهِ إِلَيَّ، وَلَوْلاَ أَنِّيْ أُخْرَجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ

Artinya: Demi Allah, engkau adalah negeri Allah yang paling istimewa, engkau adalah negeri Allah yang paling kucinta, jikalau bukan karena aku diusir dari negeri ini, mungkin aku tidak akan keluar -dari kota ini (Makkah)-.

Bilal bin Rabbah yang tidak memiliki sejengkal lahan pun di Makkah, namun karena pernah lama hidup di sana sehingga kecintaan hatinya telah melekat terhadap kota Makkah, bahkan Beliau tak sanggup membendung tangisannya ketika bernostalgia dengan kota ini. Bilal pernah bersenandung:

ألا ليت شعري هل أبيتن ليلة
بواد وحولي إذخر وجليل
وهل أريدن يوما مياه مجنة
وهل يبدون لي شامة وطفيل

Andai: kiranya diri ini masih sempat melewati indahnya keheningan malam, kendati satu malam
di sebuah lembah yang dikelilingi rerumputan dan orang-orang mulia,
akankah di suatu waktu nanti diri ini masih sempat meneguk segarnya mata air itu
masihkah aku dapat mengenal Syammah dan Thufail?

Begitulah Bilal merindukan tidur du salah satu lembah kota Makkah, melihat tumbuh-tumbuhan kecil yang memiliki aroma yang harum, meiminum dan dan membasahi matanya dengan air Makkah serta melihat du gunungnya yangbernama Syammah dan Thufail.

Imam Hasan Al-Banna menjelaskan sesungguhnya pengukuhan ikatan antara individu-individu yang hidup pada suatu wilayah tertentu atas dasar taqwa dan perwujudan cita-cita hidup dunia dan akhirat merupakan satu kewajiban dalam Islam. Hujjah Beliau adalah sabda Rasul SHALLALLAAHU ALAIHI WA SALLAM:

وَكُوْنُوْا عِبَادَ الله إِخْوَانًا

Artinya: dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.

Dan firman Allah dalam Qur’an surah Ali Imran 118:

(يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ) [آل عمران: 118]

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

Pemekaran wilayah kekuasaan Islam serta penaklukkan wilayah-wilayah baru dengan sarana jihad fi sabilillah. Ini juga termasuk dalam kategori kewajiban Islam. Dalil Beliau adalah firman Allah dalamn Qur’an Surah Al-Baqarah 193:

(وَقَاتِلُوْهُمْ حَتَّى لاَ تَكُوْنَ فِتْنةٌ وَيَكُوْنَ الدِّيْنُ ِللهِ) [البقرة: 193]

Artinya: Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.

g. Kebangsaan sempit

Imam Hasan Al-Banna menjelaskan kebangsaan sempit tertolak dalam prinsip Islam dan bathil, karena berlandaskan pada semangat dan spirit pertikaian, perpecahan, persaingan (tidak sehat), kastaisasi bangsa ke dalam beberapa kelompok yang saling bercatur dan saling dengki satu sama lain, saling tuduh dan tuding, sebagian melakukan konspirasi terhadap sbagaian yang lain, puas dengan hukum ciptaan manusia yang dilandaskan hawa nafsu dan dibentuk oleh tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan berdasarkan maslahat pribadi.

Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam, sehingga mereka tak perlu berusaha ekstra dan tinggal mengeksploitir permusuhan-permusuhan tersebut demi perwujudan kepentingan dan misi mereka. Bahkan, di satu waktu musuh Islam malah makin menyulut api perpecahan sehingga permasalahan tersebut akan tetap menjadi sumber malapetaka bagi umat dan negeri-negeri mereka.

Menilai kebangsaan sempit tersebut, Imam Hasan Al-Banna berkata: “Itu adalah bentuk kebangsaan palsu yang tak akan mendatangkan faidah bagi para penyerunya dan tidak pula bagi umat manusia”.

Bahagia Menyambut Ramadhan

0 comments

oleh Muhammad Rizqon

Nama atau kata adalah identik dengan sebuah makna. Makna itu bisa dalam atau dangkal, luas atau sempit, tajam atau polesan, tergantung dari kedalaman, keluasan, atau ketajaman seseorang dalam mempersepsikan nama tersebut. Kata “Fahmu” (Paham), “Sabr” (sabar), “Ikhlas” bagi seorang ulama bernama Yusuf Al Qardawi adalah kata-kata yang syarat makna sehingga dari masing-masing kata itu lahir sebuah buku dengan bahasan yang sangat mendalam. Namun bagi seorang awam, betapa banyak kita jumpai ia salah mempersepsikan makna dari kata-kata tersebut. Dan pada akhirnya, persepsinya yang dangkal hanya melahirkan tindakan-tindakan kehidupan yang juga dangkal dan kurang bermakna. Disinilah kita melihat relevansi “amal” dengan “pemahaman” yang dimiliki seseorang.

Mereka yang memiliki pemahaman yang benar, akan beramal dengan benar. Sebaliknya, mereka yang memiliki pemahaman yang dangkal, akan beramal secara dangkal pula. Tidak memiliki makna terindah bagi dirinya.

***

Allah SWT memiliki 99 nama yang baik. Dari nama-nama itu, kita bisa mengenal Allah dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Ar Rahman menunjukkan bahwa Allah Maha Pengasih, Ar Rahim menunjukkan bahwa Allah Maha Penyayang, Al Malik Menunjukkan bahwa Allah Maha Merajai, Al Quddus menunjukkan bahwa Allah Maha Suci, dan lain-lain. Semua makna yang terkandung dari Asma Al Husna adalah makna-makna yang agung dan secara keseluruhan sifat-sifat Allah SWT tergambar dari nama-nama itu. Sebagai hamba, kita diperintah untuk memiliki sifat-sifat yang baik dengan mengacu dari sifat-sifat Allah tersebut sesuai dengan batas kemampuan seorang manusia. Sejauh mana sang hamba bisa mengejawantahan sifat-sifat mulia itu dalam kehidupan, kembali lagi, tergantung dari pemahaman sang hamba akan sifat-sifat itu.

Oleh karenanya saya memahami bahwa “barang siapa yang mampu menghafal 99 nama baik Allah itu, maka ia akan masuk surga”, tentu berkolerasi dengan pemahaman dan amal sholeh yang ia produksi dalam kehidupan. “Menghafal” berarti telah terbenamnya kesadaran makna indah itu dalam hati sang hamba dan telah mampu membangkitkan amal-amal kebaikan yang mengacu pada kemuliaan nama-nama itu.

Rasulullah Saw juga memiliki julukan atau nama-nama. Al Amin adalah nama julukan yang beliau sandang sejak sebelum beliau diangkat menjadi Rasul, karena beliau terkenal sebagai orang terpercaya di kalangan orang Quraisy. Beliau juga dikenal sebagai Al Quran berjalan, karena seluruh perilaku hidupnya mencerminkan nilai-nilai Al Qur’an Al Karim. Memahami nama julukan beliau tentu dimaksudkan agar kita mampu meneladani akhlak-akhlak agung beliau.

***

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Dalam rangka lebih mengenal esensi dari bulan Ramadhan yang akan segera dihadapi, pada pengajian rutin bapak-bapak pekan lalu, kami mencoba menggali makna yang terkandung dari nama-nama julukan yang sering disematkan bagi bulan Ramadhan. Diharapkan dengan memahami makna-makna itu, maka kesadaran akan datangnya bulan yang agung itu kian meresap dan menggumpal dalam jiwa sehingga menimbulkan kerinduan dan kebahagiaan dalam menyambutnya.

Ramadhan adalah bulan pendidikan (Syahru At Tarbiyah), karena pada bulan ini orang-orang beriman dididik untuk berlaku disiplin dengan aturan-aturan Allah SWT dan Rasul-Nya. Secara fisik, Allah mendidik untuk disiplin dalam mengatur pola makan. Secara psikis, Allah mendidik untuk berlaku sabar, jujur, menahan amarah, empati dan berbagi kepada orang lain, dan sifat-sifat luhur lainnya. Dan secara fikri, Allah mendidik agar orang-orang beriman senantiasa bertafakkur dan mengambil pelajaran-pelajaran yang bermakna bagi kehidupannya.

Ramadhan adalah bulan perjuangan (Syahru Al Jihad), karena untuk sukses menjalani Ramadhan dibutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Allah hendak mengajarkan bahwa untuk sukses dalam kehidupan pun dibutuhkan perjuangan, yaitu mengendalikan hawa nafsu agar tunduk dan patuh dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Ramadhan adalah bulan Qur’an (Syahru Al Qur’an), karena Al Qur’an pertama kali diturunkan pada Ramadhan. Sepatutnyalah pada bulan ini, interaksi kaum muslimin dengan Al Quran menjadi sangat intens sebagaimana dicontohkan oleh generasi salaf yang mencurahkan waktu demikian banyak pada bulan Ramadhan untuk berinteraksi dengan Al Quran, baik dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkan kandungan-kandungan isinya.

Ramadhan adalah bulan persaudaraan (Syahru Al Ukhuwwah). Pada bulan ini Allah mendidik kaum muslimin untuk lebih mencintai dan peduli terhadap saudara-saudaranya. Rasulullah Saw mengajarkan dengan ringan bersedekah di bulan ini, memberi makanan bagi orang yang berpuasa, menunaikan zakat, dan membuang dengki dan sifat-sifat buruk terhadap saudaranya.

Ramadhan adalah bulan ibadah (Syahru Al ‘Ibadah). Dalam bulan ini Allah membuka peluang bagi hamba-hamba-Nya untuk beribadah (mahdhoh) sebanyak-banyaknya, karena pada bulan ini pahala ibadah dibalas dengan berlipat ganda. Allah SWT mendidik kaum muslimin untuk merealisasikan misi hidup dengan senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Target keimanan yang diharapkan adalah hamba-hamba yang selalu mengorientasikan hidup untuk beribadah, sebagaimana firman Allah: Katakanlah: "Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al An’aam 6:162-163).

Masih ada beberapa nama yang disematkan untuk Ramadhan. Bulan Jama’ah, bulan dakwah, bulan diturunkan Lailatul Qadar, bulan mulia, bulan suci, bulan penuh berkah, dan lain-lain. Nama-nama itu mencerminkan makna, esensi dan juga kebaikan yang teramat banyak. Bagaimana kita harus beramal di dalam bulan Ramadhan, kita bisa mengambil spirit dari nama-nama itu.

Barang siapa yang gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah SWT akan memasukkan sang hamba ke dalam surga-Nya. Bagaimana bisa? karena gembira menyambut ramadhan adalah cerminan iman. Semakin bahagia dan rindu seorang hamba kepada Ramadhan, semakin dalam keimanan yang dimiliki seseorang. Tentu pemahaman ini bukan untuk menghakimi dan mengukur keimanan orang lain, tetapi untuk menghakimi dan mengukur keimanan di dalam diri sendiri.

Semoga kita bisa disampaikan ke bulan Ramadhan. Dan semoga kita bisa mengoptimalkan bulan Ramadhan untuk taqarrub ilallah, membersihkan hati, dan memperkuat simpul-simpul jamaah.

”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan. Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadan.” (HR. Ahmad dan Tabrani).

Wallahua'lam bishshawaab

muhammadrizqon.multiply.com

Kebesaran Allah Jua....

0 comments

Renungkanlah, disaat umat Islam China ( Etnik Han) di tindas dan dibunuh, Allah tiba-tiba menunjukkan kebesarannya di bumi bertuah tersebut. Gambar ini gerhana matahari ini dikeluarkan oleh China's Xinhua News Agency. Gambar menunjukkan fenomena gerhana separuh ( kelihatan seperti bulan sabit) di puncak kubah sebuah Masjid di Yinchuan, ibu kota Wawasan Autonomi Ningxia Hui, China. Takbir........

In this photo released by China's Xinhua News Agency, the minaret of a mosque is silhouetted against the solar eclipse in Yinchuan, capital of northwest China's Ningxia Hui Autonomous Region, at 8:43 a.m. on Wednesday, July 22, 2009. Scientists, students and nature enthusiasts gathered in open spaces in parts of India Wednesday to watch the longest total solar eclipse of the 21st century, although heavy cloud cover and overnight rains threatened to spoil the party.(AP Photo/Xinhua, Wang Peng)

Kebesaran Allah Jua....

0 comments

Renungkanlah, disaat umat Islam China ( Etnik Han) di tindas dan dibunuh, Allah tiba-tiba menunjukkan kebesarannya di bumi bertuah tersebut. Gambar ini gerhana matahari ini dikeluarkan oleh China's Xinhua News Agency. Gambar menunjukkan fenomena gerhana separuh ( kelihatan seperti bulan sabit) di puncak kubah sebuah Masjid di Yinchuan, ibu kota Wawasan Autonomi Ningxia Hui, China. Takbir........

In this photo released by China's Xinhua News Agency, the minaret of a mosque is silhouetted against the solar eclipse in Yinchuan, capital of northwest China's Ningxia Hui Autonomous Region, at 8:43 a.m. on Wednesday, July 22, 2009. Scientists, students and nature enthusiasts gathered in open spaces in parts of India Wednesday to watch the longest total solar eclipse of the 21st century, although heavy cloud cover and overnight rains threatened to spoil the party.(AP Photo/Xinhua, Wang Peng)

SubhanaLLAH

0 comments
Oleh : Zailina Mahmud

Gambar mikroskopik tentang badan kita. Tak boleh dilihat dengan mata kasar!

Gambar-gambar berikut telah dirakam menggunakan mikroskop elektron pengimbas (SEM). Saiz mikro organ-organ badan manusia telah diperbesarkan sebanyak lebih kurang 250 000 kali ganda.

Vilus pada usus kecil

Telur/Ovum dengan sel korona

Sperma di atas telur / ovum

Sel kanser paru-paru

Sel darah merah

Sel bulu-bulu halus dalam telinga

Saraf perasa pada lidah

Salur darah dalam saraf optik

Neuron Purkinje (lapisan pada otak)

Plak Gigi

Hujung rambut yang pecah

Embrio manusia (kelihatan masih ada sisa sperma)

Embrio manusia berusia 6 hari (warna keperangan)

Alveoli Pada Paru-paru

Friday, July 24, 2009

Memerlukan sumbangan ..

0 comments
Oleh : Zamri Keciks

Salam Semua...

Anak bongsu dari 9 beradik. Bapa kerja security guard di SP dan Mak kerja kilang di Prai. Kaki kanan Fatin dipotong pada hari ke 3 kelahirannya, sebab doktor suspect ketumbuhan pada kaki nya ada cancer.. Bila dah dipotong barulah dapat Nampak jantinanya yang sebenar. Isi kemerahan yang terbonjol keluar dari buntut belakang adalah ususnya yang di keluarkan bagi membolehkan Fatin membuang air besar. Just imagine, baru umur lebih 3 bulan sekarang.
Kalau berpeluang melawat dia di rumah, Fatin dengan matanya yang bulat seolah-olah mahu memberitahu sesuatu kepada pelawat-pelawat .
Tak banyak orang yang tahu, termasuklah masyarakat sekeliling. Diharapkan dengan tersebarnya message ini, Fatin akan dapat menjalani rawatan yang lebih baik lagi.
Sekarang ini perlu rawatan susulan di Hosp. Alor Star. Bapa perlu berulang-alik dari rumah ke Hospital Alor Star.. Fatin akan didukung oleh bapanya (Rashidi) menaiki Bas, yang perjalanannya memakan masa 1.5 ke 2 jam.

Cuba bayangkan kesusahan yang Fatin perlu lalui. Alhamdullilah, 2 perjalanan yang lepas, ada 2 hamba Allah yang telah membantu menghantar Fatin, bapa dan kakaknya ke Alor Star dengan kereta mereka. Mudah-mudahan, dengan tersebarnya message ini, akan ada lagi hamba Allah yang kan tampil membantu meringankan kesusahan bapa Fatin, Rashidi untuk menghantar anaknya ini untuk mendapat rawatan. Keluarga Fatin menetap di 4445 Paya Keladi Hujung, Kepala Batas, Seberang Prai Utara..

Sesiapa yang sudi, Rashidi tidak keberatan untuk menerima kunjungan dari orang ramai yang ingin melihat sendiri keadaan Fatin. Mungkin Rashidi dan isterinya keluar bekerja, tapi Fatin dijaga oleh neneknya. Rashidi boleh dihubungi pada talian 019-4023596.
Kepada yang tersentuh dan ingin melawat anak yang istimewa ini, dan sekiranya anda tidak biasa dengan Kepala Batas, anda perlu mengambil jalan lama dari pekan Kepala Batas ke Sungai Petani. Belok di Simpang arah ke kanan menghala ke Paya Keladi. Teruskan perjalanan sehingga jalan.Belok kanan dilorong bersebelahan sekolah agama dan masuk lebih kurang 100m. Rumah ayah Fatin di sebelah kanan kembar dua) dan akaun Rashid di Public Bank Kepala Batas (al wadiah) adalah 4-915303305.

Mudah-mudah Allah memberkati apa yang kita lakukan.
Nama anak : Nur Fatin Najwa Mohd Rashidi
Usia : 3+ bulan (pada 10/8/05)

Kaki kanan dipotong pada hari ketiga kelahirannya ke dunia ini. Kaki kanan semasa dilahirkan mempunyai ketumbuhan yang menutupi kedua-dua saluran hadapan dan belakang. Anak bongsu dari 9 beradik ini memerlukan rawatan lanjut di Hospital Alor Setar. Mohon sumbangan dari tuan/puan Yang perihatin supaya anak kecil Ini akan mendapat peluang untuk menerima rawatan yang lebih Sempurna. Hulurkan sumbangan anda di Tabung yang disediakan.

Atau, hubungi sendiri bapa Nur Fatin Di talian 019 4023596 (Rashidi)


SUMBANGAN UNTUK HAMBA ALLAH DARI HAMBA ALLAH KERANA ALLAH.
Terima Kasih.
Tak derma tak peeee....sebarkanlah cerita ni pd org lain.

Bahasa Jiwa Bangsa...........

1 comments
Bahasa jiwa bangsa...katanya begitu lah. arakian sekonyong-konyongnya bahasa akan menjadi teladan semua manusia, lazim bahasa juga sebagai lambang ketinggian akal budi seseorang. kita semua juga maklum.

Terkadang ada juga laras bahasa digunakan sebagai pelepas geram, sesetengah budaya masyarakat ianya perkara lazim. bah kan terlebih kurang ajar. atau juga mengambarkan rasa geram amarh terhadap sesuatu.

aduii bahasa jiwa bangsa...apa pun bahasa kini semakin di pinggirkan nilainya. 1bilion untuk bahasa orang putih.. ada baiknyaa jadi berapa bilion untuk bahasa melayu........ saya bukan melayu tapi selalau cakap melayu....

Anugerah yang tak terhingga

0 comments
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawasuatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatumusibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamumenyesal atas perbuatanmu itu."
(Qs.al Hujurat : 6)















Tuesday, July 21, 2009

SPRM- Suruhanjaya Pembunuhan dan Rasuah Malaysia ? Satu pertanyaan.

0 comments
( Mari kita dedahkan kegilaan pihak yang rakus dengan kuasa ini....(UMNO) sampai sekarang SPRM tidak ada biji pelir untuk menyiasat segala penyelewengan keluarga Taib Mahmud Ketua Menteri Sarawak termasuk kes Najib. PM yang masih ada keraguan terhadap altantuya serta kes-kes lainnya. Kenapa SPRM diam nak mampus....................
::: BLOGS DIRECTORY :::

YAB Datuk Seri Najib Razak

Kepada Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM) sebagai rakyat, saya ingin tahu beberapa hal berkaitan kepentingan awam yang melibatkan cara dan tindakan SPRM yang pada hemat saya dianggap sumbang, mencurigakan dan boleh dipertikaikan:

- Apa perlunya siasatan ke atas mendiang Teoh Beng Hock dibuat sehingga jam 3.45 pagi? Sudah gila ke?. Tak sempat-sempat untuk sambung siasatan disiang hari…!!

- Kenapa peguam Teo, Manoharan tidak dibenar untuk hadir bersama ketika sesi soal-siasat tersebut? Kenapa SPRM sebagai badan penguatkuasa undang-undang, tetapi bertindak tidak selari dengan garis panduan perundangan.

- Kenapa SPRM TIDAK bersungguh menyiasat pemborosan semua wakil rakyat BN sebanyak RM 26.6 juta dalam tempoh dua bulan pertama tahun 2008. - Blog DSAI

- Kenapa SPRM buat sambil lewa terhadap dakwaan wujudnya rasuah dalam pembelian kapal selam ‘Scorpene’? Apakah Ketua Pengarah SPRM sudah dirasuah oleh UMNO? (Saya tidak tuduh, tetapi bertanya. Tak kan bertanya pun tidak boleh kot..!!)

- Kenapa SPRM bertindak lembab dan macam manusia dunggu dalam penyiasatan terhadap kes Linggam korek korek korek? Apakah SPRM nak menunjuk-nunjuk kepada rakyat bahawa sebenarnya SPRM sudah termakan ‘RASUAH’ ….!!!

- Apakah Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM) cuba menyakinkan rakyat bahawa mereka benar-benar telah dibahalolkan oleh pemimpin UMNO?

- Dan soalan terakhir saya: Apakah maksud SPRM? Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia ATAU Suruhanjaya Pembunuhan dan Rasuah Malaysia?

- Soalan Tambahan. Soalan ini ditujukan kepada pemimpin UMNO: Apa yang rakyat pertikaikan ialah kewibawaan SPRM, tetapi pemimpin UMNO pula yang kecoh dan menggelabah? . Terkaitkah UMNO dalam kes kematian mendiang Teoh Beng Hock, sepertimana kefahaman rakyat bahawa ada pemimpin UMNO yang terkait secara langsung dalam pembunuhan kejam Altantuya?

NOTA: Kerajaan Rakyat TIDAK menuduh tetapi bertanya.

Tags: Rasuah

19 Responses to “SPRM- Suruhanjaya Pembunuhan dan Rasuah Malaysia”

1. PEKIDA Says:
July 19th, 2009 at 2:09 am

Dinasihatkan semua barisan exco pr atau setiausaha exco lebih baik letak jawatan masing- masing,,, kalau tidak akan terima nasib yang sama dengan TEOH…!!!! siapa degil jaga lah LUUUU !!!

2. pakaiotak Says:
July 19th, 2009 at 2:25 am

Salam…

Manusia merancang…
Tuhan menentukan…

TERSURAT - SPRM kononnya menyiasat SALAHLAKU - ADUN PR…

TERSIRAT - SPRM mencari SALAHLAKU - ADUN PR utk melemahkan dan menjatuhkan kerajaan PR di Selangor - ATAS ARAHAN ?????? ( kita tengok pemimpin mana yg paling kuat mempertahan SPRM nanti…)

YG TERJADI - nyawa yg tak berdosa melayang… yg terdedah ialah SALAHLAKU DIRI SENDIRI…

AKHIRNYA - SPRM dapat AIB dan Kerajaan PR semakin kuat…

Maka cita2 pihak yg ingin merampas SELANGOR turut berkubur bersama2 TBH…

Manusia merancang…
Tuhan menentukan…

Wallahualam…

3. pakaiotak Says:
July 19th, 2009 at 2:32 am

“PEKIDA Says:
July 19th, 2009 at 2:09 am
Dinasihatkan semua barisan exco pr atau setiausaha exco lebih baik letak jawatan masing- masing,,, kalau tidak akan terima nasib yang sama dengan TEOH…!!!! siapa degil jaga lah LUUUU !!!”

salam…

saya cadangkan pihak KR atau Guru Sofi menyiasat penitip minda ini dan hantar laporan utk membantu siasatan keatas kematian TBH…

perkara ini bukan main2…
tak faham ada manusia yg fikiran sangat HINA begini…

Semoga Tuhan membalasnya…
Wallahualam…

4. storm62 Says:
July 19th, 2009 at 2:44 am

SPRM, sila beri penjelasan seperti dibawah:

1)Dari bilik siapa atau mana, TBH jatuh dari? sila tunjuk peta. tunjuk arah tempat simati terjatuh.

2) Kenapa orang awam dibenarkan berada dipejabat atau ruang tetamu atau pantry diwaktu yg bukannya waktu pejabat? 3.45am - 6am? bukankah tempat ini “of high security”?

3) Dimanakah dia talifon bimbit TBH?

4) Bukankah pejabat SPRM ini sebuah tempat yg berkawalan tinggi dan sentiasa terkawal?

5) Mengapakah tiada seorang pegawai untuk mengescot pelawat2 keluar selepas temubual pada jam 3.45am?

6) Bukankah semua pintu dipejabat mempunyai security lock dan lengkap dgn alarm system?

7) Kenapa pejabat yg mustahak ini tidak berkemera CCTV? sedangkan banyak kedai mamak punya mempunyai CCTV.

8) Dimanakah kepingan kain yg terkoyak dari seluar simati itu?

9) simati bukan suspek tapi saksi, kenapa interrogate sampai berjam2 sampai pagi2, adakah ini SOP SPRM? mana hak asasi manusia?

10) Simati pun tiada ada sebarang rekod penjenayah, kenapa tak balik serta merta sebab hari keesukan adalah hari pendaftaran perkawinan beliau? yg ni memang tak masuk akal langsung.

harap2 kangkong nazri pun boleh jawap dgn berfakta dan ikhlas.

Minggu Kawan sedunia

0 comments


Adakah anda tahu hubungan antara 2 biji mata anda ??
Mereka berkedip bersama ..........,
Bergerak bersama ...........,
Menangis bersama ..........,
Melihat bersama dan .........,
Tidur bersama ..........

Meskipun mereka tidak pernah melihat antara satu sama lain.....
PERSAHABATAN seharusnya seperti itu.......... ....
Kehidupan akan berasa KOSONG tanpa KAWAN ............

Hari ini adalah MINGGU KAWAN SEDUNIA ...........
Siapa kawan anda ?? Hantar email ini untuk semua kawan anda.....
Termasuk saya jika saya salah seorang kawan anda.......

Lihat berapa banyak anda dapat balik daripada mereka,
Jika anda mendapat lebih drpd 3.....
Itu bermakna anda adalah seorang "KAWAN YANG PENYAYANG.."


Kita kawan kan ? ?????

FRIENDS FOREVER

CHINA FROM THE SKY

0 comments
Email Oleh : allysha nadia



































Restoran pelahap tahap gempak....

0 comments
Email Oleh : roslan mohd



























 

TUNGGU TEDUH DULU Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template