Related Posts with Thumbnails

Wednesday, November 18, 2009

Berapa GAJI Ku ?

0 comments
Hanya pada Mu aku berserah dan kepada Mu jua aku meminta, pelabuhah hati ku kadang bergelora dengan kesempitan hidup yang melanda, sebagai aktivis dakwah aku hanya menikmati kadar gaji yang rendah berbanding tukang sapu di Pejabat Kerajaan, Elaun sara Hidup RM150 .00 Gaji bulanan RM 418.47. (gaji bersih setelah dipotong) Total gaji bulanan ku RM 568.47. Sementara ansuran kereta aku harus bayar RM570.00 perbulan.. Allahuakbar.

Bersyukur dengan apa yang ada membuat aku menjadi semakin tabah dan yakin akan kurniaan Allah terhadap diriku meskipun terkadang menjadi aib bagi ku lantaran saban ketika terpaksa meminjam daripada teman-teman. Namun Allah selalu memberi jalan keluar ketika sedang mengalami kesulitan, dengan keyakinan bahawa Allah maha kaya aku selalu saja berdoa dan yakin akan firmannya "Berdoalah kamu kepada Ku niscaya akan ku perkenankan bagimu ," (QS;Al-Mu'minun 60)

Pun begitu kudrat ku sebagai manusia yang lemah selalu saja merintih tentang kesulitan hidup. wajarlah...sesiapapun akan menghadapi hal yang sama. " Selamat atasmu kerana kesabaranmu, Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu; (QS,Ar, Ra'd : 24) . Sebagai anak aku selalu saja ingin berbakti untuk ibuku, terkadang aku berbohong kerana ingin menyenangkan hatinya, demi untuk memenuhi kehendak ibu yang sekadar untuk hidup menyambung nyawa tuanya. Aku gembirakan hatinya meski hatiku lirih tentang bagaimana aku dapat membantu ibu ku walau hanya membeli sekampit beras buat bekal pulang ke kampung.

Aku tidak boleh duduk diam seperti orang lain, saban hari ku harus menguras akal dan keringat demi menjana pendapatan tambahan dalam diari hidupku. jika tidak demikian mungkin aku harus berlapar sepanjang waktu dan ketika. Namun demikian aku kasihan dengan majikan ku, betapa sebuah NGO pihak pengurusannya tidak mampu mengurus kumpulan kakitangan rendah macam aku sejajar dengan piawaian yang ada. Allahuakbar...

Ya rabb...tabahkan hatiku dan kurniakan aku rezeki yang banyak dan yang engkau berkati lagi redhai.

Anugerah Allah yang Terindah

0 comments
saya di depan masjid al-Aqsha, Subhanallah
Melakukan perjalanan umrah di saat Ramadhan, sungguh tidak pernah saya bayangkan. Apalagi ditambah dengan menyambangi Masjidil Aqsha dan bertemu saudara seiman. Benar-benar perjalanan yang menggetarkan.

Oleh Nuryalestri Handayani


Pergi ke Baitullah merupakan keinginan setiap Muslim, khususnya untuk menyempurnakan rukun Islam ke lima. Begitu pula dengan saya. Tapi kali ini kepergian saya tidak ada rencana sebelumnya. Satu bulan sebelum pemberangkatan saya fokus pada kesehatan bapak mertua yang tiba-tiba terkena serangan stroke. Dan pada akhirnya Allah lebih sayang kepadanya sehingga tepat tanggal 30 Juli 2009 beliau meninggal dunia.

Awal Agustus setelah saya kembali dari kampung halaman, saya kembali bekerja seperti biasa. Tapi tiba-tiba, pimpinan ditempat saya bekerja memanggil dan menanyakan apakah saya ingin umrah.

Subhanallah sebuah penawaran yang tidak terduga. Alhamdullillah suami meridhai untuk saya melaksanakan ibadah Umroh di bulan Ramadhan. Sujud syukur tidak lupa saya lakukan. Saya mempunyai waktu untuk pesiapan administrasi hanya beberapa hari saja. Bismillah dengan tekad yang bulat saya coba. Singkat cerita, meski dengan proses yang tidak mudah, urusan administrasi selesai juga.

Setelah proses administrasi umrah selesai, ternyata ujian belum usai. Karena umrah ini berlanjut dengan perjalanan menuju Masjidil Aqsha, visa dari Israel belum bisa didapatkan. Salah satu sebabnya, visa tak bisa diurus dari Indonesia karena tak punya hubungan diplomatik dengan Israel.

Akhirnya sepekan sebelum pemberangkatan, KBIH Al Fatah memberi informais bahwa jadwal pemberangkatan 31 Agustus 2009. Rombongan berangkat dengan transit di Bangkok. Bandara international di Bangkok ini megah sekali dengan berbagai fasilitas yang ada.

1 September pukul 00.30 waktu Bangkok kami melakukan perjalanan ke Amman. Kali ini jenis pesawat yang dipergunakan lebih besar. Kami makan sahur di pesawat dilanjutkan dengan shalat subuh berjamaah. Pesawat mendarat pukul 05.00 waktu Jordan. Selanjutnya kami akan melanjutkan perjalanan ke Jeddah.

Pukul 19.30 pesawat lepas landas menuju Jeddah. Hari ini kali pertama saya merasakan puasa selama 16 jam, berbeda dengan di Indonesia hanya 13 jam. Kami berbuka puasa di pesawat. Sampai Jeddah pukul 23.00, selanjutnya dengan menggunakan bis kami menuju Madinah.

Masjid Nabawai dan Raudhah

Saya datang ke masjid yang mulia ini, sebelum masuk waktu Subuh, sehingga masih sempat mendirikan shalat lail. Adzan Subuh berkumandang, jamaah semakin memadati Masjid Nabawi. Shalat terasa khusyuk sekali mendengarkan imam masjid memimpin shalat Subuh.Walaupun Ayat yang dibaca panjang tidak terasa lama. Saya ingin sekali shalat di Raudhah yang disebut sebagai Taman Surga. Dari Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Antara rumahku dengan mimbarku ada satu taman dari sekian banyak taman surga.” Di sana saya melakukan shalat dua rakaat. Hari itu, saya menghabiskan waktu untuk i’tikaf di Masjid Nabawi dengan memperbanyak ibadah sampai waktu berbuka.

Suasana ba’da shalat Ashar di Masjid Nabawi ramai sekali. Para Askar mengelarkan plastik putih di antara shaff. Jamaah duduk saling berhadapan. Sajian menu buka puasa adalah kurma, roti arab, yogurt, air mineral, air zam-zam dan ada pula air rasa jahe.

Tapi lidah Indonesia ini tidak bisa kompromi. Akhirnya yang di makan beberapa butir kurma didorong dengan air zamzam. Terasa sebuah persaudaraan yang indah sekali. Suasana yang menyenangkan dapat berbuka puasa bersama dengan saudara seimaan di masjid nabi yang mulia.

Ba'da shalat Isya, kami melakukan tarawih sebanyak 23 rakaat. Shalat tarawih di di Masjid Nabawi terasa berat karena harus menahan rasa ngantuk. Maklum, perbedaan waktu dengan Indonesia sekitar empat jam. Kami tinggal di Madinah selama tiga hari.

Jum'at, 4 September 2009. Ba'da shalat Jumat rombongan kami berkemas-kemas untuk melanjutkan perjalanan ke Makkah guna melaksanakan umrah.
Ketika sampai Masjidil Haram, kami langsung mennuju Hotel untuk menyimpan barang sesuai dengan pembagian kamar. Di Masjidil Haram kami masuk melalui pintu Babusalam. Saya takjub sampai menitikan airmata ketika saya menyaksikan Ka`bah (Baitullah) dari dekat. Antara percaya dan tidak, saya bisa melihat langsung kiblat kaum Muslim di seluruh dunia.

Berbuka puasa di Masjidil Haram tidak jauh berbeda dengan berbuka di Masjid Nabawi. Menu yang diberikan satu paket kurma dan air zamzam serta teh Arab.
Shalat tarawih dilaksanakan 20.45 setelah shalat Isya, sebanyak 23 rakaat termasuk witir.

Imam Masjidil Haram selalu memberi aba-aba saat selesai delapan rakaat, akan diselingi shalat mayit dan biasanya imam akan berganti pada rakaat ke-10. Doa qunut yang dibacakan imam, terasa mengharukan. Hampir seluruh jamaah meneteskan air mata karena begitu meresap ke kalbu.

Kami di Makkah selama tiga hari, selain melaksanakan ibadah Umroh kami melakukan ziarah, diantaranya ke Jabbal Tsur dan Padang Arafah.
Kemudian saya masuk ke dalam masjid untuk beri’tikaf sampai menjelang waktu berbuka. Saat istirahat menjelang shalat ashar, tiba-tiba di sebelah kanan saya tas mukena yang hilang waktu dzuhur dan sudah saya cari-cari seolah-olah muncul tiba-tiba. Subhanah, saya sampai memekikkan kalimat tasbih. Maha Suci Allah dengan segala kebesaran-Nya.

Menuju Masjid al Aqsha

Senin, 7 September 2009 pukul 02.30 rombongan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah guna melanjutkan perjalan ke Masjid Al Aqsha di Palestina melalui Jordan. Dari perbatasan Jordan, kami melanjutkan perjalanan ke perbatasan Jordan dan Israel menggunakan bis. Di sepanjang perjalanan menuju perbatasan Jordan-Israel, tampak pepohonan Zaitun yang berjejer teratur. Buah Zaitun dan minyak Zaitun ini memang merupakan trade mark hasil pertanian utama Jordan yang diekspor ke manca negara.

Sepanjang perjalanan rombongan harus menjalani pemeriksaan di sejumlah check point yang tersebar di perbatasan Jordan, perbatasan Allenby Bridge, dan Jembatan King Husein. Saat di imigrasi Israel, kami melewati beberapa kali pemeriksaan tentara Israel.

Kami diperiksa dengan mengunakan X-Ray. Semua badan saya diperiksa, isi pakaian, dompet, HP, dan semacamnya dikeluarkan. Passport saya bersama empat jamaah Umrah Farfaza ditahan seorang tentara wanita. Kemudian pimpinan rombongan ditanya maksud dan tujuannya datang ke Israel.
Akhirnya kami semua diperbolehkan pindah ke pemeriksaan berikutnya. Kali ini, untuk pemeriksaan pasport. Saat antri enam orang di antara kami, termasuk saya mesti ditahan kembali. “Biasa, yang muda-muda sering ditahan,” kata Ustadz Yakhsayallah Mansyur, pimpinan rombongan.

Tulisan dan gambar yang berada di dinding, “Israel Terbuka untuk Semua”, tampaknya cuma sekadar slogan.

Setelah menunggu selama tiga jam, dua orang tentara Israel wanita dan pria sambil memegang senjata meminta formulir yang telah diisi. Rombongan yang lolos pemeriksaan ternyata juga dilakukan pengecekan, yaitu di foto ulang diruang tunggu mereka dipanggil satu persatu untuk rekam dua sidik jari telunjuk. Sungguh ujian kesabaran. Allahu Akbar.

Lepas dari semua pemeriksaan kami menuju kota Ramallah, Tepi Barat. Jaraknya 10 km sisi Utara dari kota Jerusalem. Kami menginap satu malam. Melakukan aktivitas buka puasa, shalat dan sahur di hotel. Baru pada shalat subuh kami berkesempatan melakukan shalat di masjid dekat hotel. Sepanjang jalan menuju masjid terasa sepi sekali, tidak ada seramai suasana seperti di Indonesia.

Setelah di halaman Masjid banyak kendaraaan karena mereka berangkat sholat kebanyakan menggunakan kendaraan pribadi di bandingkan jalan kaki. Sehingga di jalan-jalan terasa sepi sekali, suasana Ramadhan tidak nampak seperti di Indonesia.

Sampai masjid, kami melihat banyak kendaraan diparkir di sana. Jamaah pria dan wanita masuk dari pintu yang berbeda. Tapi saya tidak melihat usia muda yang hadir. Mungkin karena faktor keamanan.

Kami memperkenalkan diri dari Indonesia sebagai saudara seiman. Kehadiran kami disambut gembira. Banyak hal yang kami bicarakan, mereka bingung, bagaimana kami bias membaca al Qur’an tetapi tidak bisa bahasa Arab. Penduduk Palestina, ramah-ramah, sangat respon dengan pembicaraan kami. Di akhir pertemuan kami saling berpelukan. Mereka senang sekali mendengar kami akan ke al Aqsha.

Alhamdulillah, dengan rasa haru apa yang kami inginkan dapat terwujud. Akhirnya kami dapat masuk ke Masjid Al Aqsha di al Quds. Pintu gerbang masjid dijaga oleh tentara-tentara Israel. Belum pernah kami merasakan masuk ke sebuah masjid dengan pengawasaan seketat ini. Tentara Israel menanyakan agama kami. “Apakah Anda Muslim?”

Pertanyaan yang aneh, tentu saja kami Muslim. Rasa haru membuncah karena kami dapat mendirikan shalat di Masjidil Aqsha. “Shalat di Masjid Al-Haram sama dengan 100.000 shalat di masjid lainya, dan shalat di masjidku (Masjid Nabawi) sama dengan 1.000 shalat di masjid lainya, dan shalat di Masjid Al Aqsha sama dengan 500 shalat di masjid lainya”. (HR Ath-Thabrani).

Masjidil Aqsha luasnya 142 hektar, areal yang dikelilingi pagar yang terletak di dalam pagar Al-Quds di sebelah Timur dan Selatannya. Halaman masjid ditanami pohon Zaitun. Orang yang memasuki masjid ini melakukan tahiyatul masjid di sebelah mana saja sepanjang berada di sekeliling tembok. Baik di samping pohon, di dalam Kubbah Emas (Qubbah ash Shakhra) sedangkan untuk jamaah wanita di dalam bangunan masjid al-Aqsha.

Berbarengan dengan kami, banyak wisatawan yang datang ke masjid Al Aqsha.
Masjidil Aqsha bukanlah masjid berkubah emas yang sering kita lihat. Sedangkan masjid berkubah emas namanya Qubah ash Shakhra yang dibangun oleh Sayyidina Umar ra. Yahudi sengaja membangun imej yang salah tentang Masjidil Aqsha. Mereka sengaja menjadikan kubah emas lebih tenar dan dikenal di kalangan masyarakat Muslim.

Lokasi hotel kami sangat jauh sekali dari Masjidil Aqsha. Kami harus berjalan melalui lorong-lorong perumahan penduduk Palestina sekitar 10 menit lamanya. Walaupun jarak yang ditempuh jauh, tidak menyurutkan semangat kami untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid Al Aqsha. Kami berangkat ke al Aqsha untuk shalat tarawih setelah buka puasa.

Lorong-lorong menuju masjid Al Aqsha dipenuhi dengan lampu yang kelap-kelip. Kami menjumpai beberapa anak Palestina sedang berlari-larian, para pemuda yang duduk-duduk di sepanjang jalan. Kami cukup heran, mengapa mereka tidak bergegas untuk berangkat ke masjid dan memakmurkannya selama Ramadhan.

Srategi Israel, kaum muda dicekoki dengan hiburan-hiburan yang membuat mereka makin gandrung. Sehingga al Aqsa hanya menjerit dalam kesepian karena telinga, mata, dan hati kaum Muslimin telah demikian tertutup oleh gebyar-gebyar dunia.

Sementara mereka yang hendak shalat, diawasi dengan sangat ketat. Banyak penangkapan kaum Muslimin yang dianggap aktivis masjid ataupun aktif di kegiatan keagamaan. Banyak mahasiswa Islam yang kuliah di perguruan tinggi di bidang syariah dan ushuluddin di Jerusalem yang kesulitan biaya dan dipecat dari pekerjaan akibat berbagai tekanan dan intimidasi Israel.

Shalat berjamaah di masjid hanya dihadiri segelintir orang tua yang rumahnya berdekatan dengan masjid. Meski demikian, di malam hari berbondong-bondongnya orang pergi shalat tarawih. Membuat hati saya tergetar menyaksikan pemandangan ini.

Kami hadir, halaman Masjidil Asha sudah dipenuhi banyak jamaah. Hembusan angin cukup kencang. Kami memilih untuk shalat di dalam masjid, kebetulan untuk jamaah wanita ada di dalam masjid Kubah Emas. Suasana di dalam masjid cukup ramai pula, mereka menunggu shalat sambil bertadarus.

Kebayakan kaum wanita di sana menggunakan abaya hitam. Mereka tidak mengunakan mukena sebagaimana asal Indonesia. Setelah mereka mengetahui asal kami, dan niat kami berkunjung ke al Aqsha, mereka senang sekali, menyambut. Malahan ada yang merangkul kami dengan erat. Sungguh kebahagiaan yang tak ternilai, dipersatukan dengan akidah. Iqamat dikumandangkan, shalat dimulai. Bacaan imam shalat sangat indah, meningkatkan kekhusyukan. Membuat air mata berderai-derai.

Tak hanya masuk masuk Masjidil Aqsha yang susah, memasuki Masjid Hebron juga tak kurang peliknya. Untuk masuk ke dalam masjid sungguh tidak mudah. Banyak tentara Israel yang berjaga-jaga di sana. Kami masuk melewati alat sensor. Akhirnya kami dapat masuk ke dalam masjid ada makam Nabi Ibrahim AS. Selain itu ada juga Makam Nabi Ishaq dan makam Sarah. Di bawah masjid itu, sebenarnya banyak makam para Nabi, tapi oleh Israel ditutup. Masjid Hebron di bagi menjadi dua, sebagian milik orang Islam, sebagian milik orang Yahudi.

Perjalanan yang mengharukan, sekaligus meningkatkan keimanan. Semoga Allah senantiasa mengikat hati kaum Muslimin di mana saja, untuk selalu saling bertautan. Amin.

Tuesday, November 17, 2009

Teman chat.....

0 comments
Selepas isyak , saya teringat dengan kerja yang masih banyak. Lantaran itu saya bergegas ke pejabat lalu memasang laptop usang milik ku. Menyelesaikan beberapa tugas lalu membolehkan saya mengatifkan YM. Niat asalnya nak menulis " Irama Kehidupan" ermmm ..entah laa. Tak tahu macam mana terbantut pula dek kerana kekurangan ilham.

Saya hanya ber YM dengan seorang sahabat. Nun di kejauhan sana teman saya sedang menanti di papan aksaranya. Macam-macam cerita yang kami bualkan. Saya berterima kasih kepadanya kerana memuji hasil tulisan saya. Sejujurnya saya masih baru dalam dunia penulisan bahkan sedang belajar tetang banyak hal. Pun begitu saya tetap mensyukuri nikmat yang Allah anugerahkan kepada saya. Menulis selain daripada menajamkan minda juga boleh menjadi ruang untuk berehat, bagi sesetangah penulis barangkali. Mungkin tidak semua.

Saya meneka bahwa ada sedikit kepiluan dihati teman saya. Mungkin tidak sepenuhnya. Saya tawarkan sebuah kebahagiaan dengan hanya mensyukuri nikmat tuhan yang memiliki segalanya. "Jangan engkau mengejar kenikmatan, tetapi kejarlah yang Maha Pemberi nikmat, niscaya engkau tidak akan kecewa, kerana Dialah yang sedia Ada sebelum yang lain-lain Nya, Yang mengadakan segala yang ada dan yang kekal setelah yang lain Nya tiada." begitu tazkirah oleh ustaz saya. Hati saya berdoa ...ya Rabb engkau mudahkan segala urusan kami.

Saya ingin benar menjadi manusia yang bermanfaat, walau hanya secebis yang kecil dari juzuk kehidupan. Bermakna bagi orang lain lalu menuai buah dari pohon ikhlas iaitu merasa bahagia dan merasa redho dengan apa yang Allah tentukan.


Monday, November 16, 2009

SPRM anjing UMNO ?

0 comments
Benar bagai dikata pepatah orang lama berbunyi "Kuman di seberang laut nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak. Al hasilnya saya semakin muak dengan perangai UMNO termasuk para pemudanya, siang hari ini agak gamat di dewan Perliman ehwal serangan oleh pemuda UMNO terhadap Tuan Guru Nik Aziz. Maka bergegaslah SPRM pergi menyiasat Tuan Guru.

Sikap bongkak mereka ini membuat saya semakin membenci UMNO, kerananya sekian banyak aduan rasuah pemimpin tertinggi BN tidak pula mereka menyalak bagai anjing rakus tulang . kemana C4.....tradegi berdarah pembunuhan Altantuya.???????? dan lain-lain.
Mereka diam seribu bahasa. Saya akan sampaikan kepada sesiapa pun akan perkara ini agar UMNO tidak ada hayatnya lagi di bumi bertuah ini.

Kunjungan Ke Kapit

0 comments
Oleh : Ismawi bin Ishak

Di Kapit Tuan Haji Fadzli mengundang saya ke program beliau, dengan serba kekurangan saya gagahi juga untuk hadir membantu beliau , Pegawai Dakwah HIKMAH Kapit, dan lagi pula pihak Ibu Pejabat HIKMAH memberi persetujuan secara lisan

meskipun tidak ada secebis surat yang saya terima.

Perjalanan ke Kapit mengambil detik waktu yang panjang, bayangkan saya menaiki express jam 1.45 pm dan sampai Kapit pada jam 5.00 pm. Mujur dalam Express begitu nyaman dan terkadang risau juga apabila melihat arus deras Batang Rajang. Saya bergegas ke terminal express, kata juru ticket mesti masuk tepat jam 1.30 pm dan saya sedikit gelabah kerana kereta saya masih belum parking. Maklum sebaik saja sampai Bandar Sibu saya terus ke Terminal Express. Nak pakir dimana....? Saya sedikit bingung. Akhirnya saya sekali lagi bergegas ke Hotel RH dan parking di sana. Alhamdulillah, lantas berlari-lari anak menuju terminal express, lima minit lagi hampir pukul 1.30 pm. Ya Rabb...tabahkan hati ku.

Kiranya inilah kali pertama saya menjejaki kaki ke Kapit. Saya cuma tahu dari Kapit lahir seorang pejuang yang ulung di Sarawak iaitu Temenggong Jugah. Itu pun saya baca dari sejarah pejuang Sarawak.

Sebaik Express merapat warf (dermaga) Haji Fadzli telah menunggu saya, petang itu kami ronda-ronda pekan Kapit. Sememangnya sebuah bandar yang kecil . Masyarakat di Kapit begitu ramah dan kebetulan pula saya memang fasih bertutur bahasa Iban, ramai juga mereka yang beragama Islam. Sedikit sebanyak saya dapat maklumat tentang sosio budaya masyarakat disini setelah diterangkan oleh Haji Fadzli. Beliau hampir 9 bulan bertugas di Kapit, makanya saya tidak hairan kalau beliau dikenali ramai orang di sini.

Saya kira beliau bertuah, selaku pegawai HIKMAH kerja-kerja dakwa adalah tugas yang utama. Buat masa ini beliau berpejabat di Bangunan Mahkamah dan JAIS Kapit. Bangunan yang tersergam indah.

Terkenang cuma saya dan Ustaz Ariffin yang tidak berpejabat. kasihannya. Haji Fadzli memaklumkan kepada saya bahawa mesyuarat akan diadakan esok pada jam 9.30 pagi, asalnya ialah pada jam 2.30 petang lantas saya bertanya bila saya pulang. alhamdulillah dipekan yang kecil seperti Kapit agak mudah untuk menghubungi teman-teman bagi menukar tarikh.


Insyallah esok saya akan membentangkan tentang perlaksanaan program belia Islam yang bakal diadakan di Kapit. Saya dimaklumkan program seumpamanya baru diadakan dalam skala yang agak besar, tahniah Tuan Haji.

Selama ini saya hanya mendengar tentang sungai Rajang yang terpanjang di Malaysia, tak disangka dalam usia sebegini saya mudik sungai Rajang. paling menarik kerja keras orang lama HIKMAH bertapak di Kapit.


Hasil usaha orang lama harus dihargai bahkan mesti diteruskan dengan mantap. kebanyakan penduduk kapit adalah kaum Iban semantara Islam masih sekitar 20 %. Usaha untuk menyemarakkan dakwah harus digiatkan meskipun kosnya agak tinggi. Banyangkan tambang dari Sibu sekitar RM30 dan RM20 paling murah. Hotel pun agak mahal, Hotel bajet kosnya RM100 +++.

Saya di jamu oleh Tuan Haji Fadzli di rumah beliau, sempat juga saya membeli buah dabai. satu kong RM3 , boleh dikatakan murah kerana di Bintulu satu kong sahaja RM6 ke RM8 . saya beli 2 kong dengan harga RM5.


 

TUNGGU TEDUH DULU Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template