Related Posts with Thumbnails

Friday, September 11, 2009

Segmentasi Dalam Aspek-aspek Dakwah (4) Kebutuhan Mendesak dari Dakwah Islamiyah


22/8/2009 | 1 Ramadhan 1430 H | 304 views
Oleh: Abu Abdillah

Kirim Print

al-azhar2Ikhwah wa akhwat fiLLAAH…

Penjelasan saya yang panjang-lebar berkenaan tentang keutamaan kaya dan miskin yang keduanya memiliki dasar dari syariah dan juga dari sejarah Islam, bukanlah tanpa dasar pemikiran yang mendalam, melainkan karena urgensi yang mendesak dari dakwah Islamiyyah itu sendiri. Dakwah Islamiyyah saat ini amat membutuhkan dana yang besar untuk membangun dan memperbaiki umat ini. Salah satu contohnya, adalah proyek dakwah yang amat penting, yang saat ini belum sanggup direalisasikan, yaitu membuat stasiun Televisi yang Islami (bukan stasiun Televisi Islam karena yang menamakan stasiun Televisi Islam sudah banyak, tapi stasiun televisi yang benar-benar Islami yang belum ada).

Kita tidak mempermasalahkan apapun namanya, terserah mau apa saja namanya, tapi yang penting adalah contentnya, la na’tamidu bil asma’ wa lakin bil musammayat. Cobalah kita tanya secara jujur sekarang ini, apakah penyajian informasi dan film yang kita tonton dan juga ditonton oleh jutaan generasi muda Islam saat ini sudah sesuai dengan syariat ALLAAH atau belum..?! Kita ingin mengundang para muballigh kondang Islam, anggota MUI (Majelis Ulama Indonesia), pimpinan ormas (organisasi masyarakat) Islam, orpol (Organisasi Politik) Islam, para pengusaha dan ekonom, dan media Islam untuk hadir di satu forum secara maraton, membahas satu agenda besar tersebut yaitu sebuah stasiun televisi nasional yang Islami..

Yang kita maksud Islami disini adalah cara berpakaian yang benar-benar sesuai syariat, sampai pada iklan-iklan yang ditampilkannya.. Cara berinteraksi yang islami dalam film-film dan sebagainya, bagaimana aturan Islam dalam interaksi dengan lawan jenis, dengan yang lebih tua, yang lebih muda, dengan suami, dengan istri, dengan guru, dengan mahram, dan dengan yang bukan mahram..

Dan film-film sains yang dibersihkan dari teori-teori sesat dan mengarahkan umat padapencipta-NYA, seperti film-film Prof Harun Yahya dan sebagainya.. Sehingga dengan ini masyarakat dan umat ini tahu, faham dan melek sebenarnya bagaimana sih Islam itu.. Lha sekarang para muballigh bicara tentang Islam, tapi film-film yang mereka tonton tidak memberikan contoh kongkret bagaimana realisasinya di masyarakat..?! Biarlah stasiun televisi konvensional yang ada saat ini, kita tidak perlu melarang mereka, karena ini kan negara demokrasi, silakan saja.. Namun jangan karena demokrasi yang Islami nggak bisa tampil, biarlah dikontestankan secara fair, nanti biarkan masyarakat memilih, tapi yang penting dakwah telah kita sampaikan pada mereka..Tapi untuk membuat dan memaintenance sebuah stasiun Televisi seperti itu, dari sejak perencanaannya, pelibatan para stake-holder, sampai pembangunan infra dan supra strukturnya butuh dana puluhan milyar rupiah.. Dari mana kita memiliki dana sebanyak itu jika para aktivis dakwah tidak mengalami mobilitas vertikal dalam status ekonominya..?!

Ini merupakan salah satu kendala di dalam dakwah, belum lagi dalam pemilihan kepala daerah, dari tingkat kabupaten sampai ke tingkat negara, berapa total dana yang dibutuhkan dari sejak pembuatan dan penyebaran spanduk dan pamphlet sampai ke iklan di televisi.. Seringkali banyak ikhwah yang mengkritik soal ketergantungan kita pada calon yang tidak sepenuhnya bersih ataupun Islami, namun jalan keluar apa yang mampu kita berikan jika salah satu faktor penentu keberhasilan dakwah politik selain doa dan hamasah yang tinggi, juga membutuhkan fulus yang tidak sedikit jika tidak dikatakan amat banyak..

Sebagian ikhwah yang juz’i seringkali melontarkan : Berapa fakir miskin yang bisa dibantu atau berapa sekolah yang bisa dibangun jika dana untuk sebuah kampanye dialihkan kesana.. Suatu alur nalar yang walau nampaknya logis namun jika dikaji secara teliti amatlah naif dan absurd.. Mengapa..?! Karena masalah kita bukanlah sekadar menyantuni fakir miskin dan membuat sekolah, tetapi bagaimana kita membangun sebuah peradaban Islam sebagaimana yang pernah dibangun oleh para generasi salafus-shalih dan para pahlawan negeri ini yang mayoritas nya jika tidak disebutkan semuanya muslim.. Lalu bagaimana kita memandang –dengan kacamata Islam yang kaffah—sekian fakir miskin ataupun sekian sekolah dibangun jika sistem pendidikannya masih jauh dari nilai-nilai Islam..?! Lalu jika kita ingin memperbaiki sistem tersebut bisakah kita lakukan hanya dengan berdemo atau membuat tulisan atau berpidato dalam khutbah atau ceramah saja..?! Bisakah kita mengubah dan memperbaiki sistem tersebut hanya dengan membuat 1000 atau 10.000 sekolah atau madrasah jika sistem pendidikannya terus-menerus disusun dan dibuat jauh dari nilai2 Islam..?! Atau bisakah kita mengubah negeri ini dengan menyantuni 1000 atau 1000.000 fakir miskin jika sistem yang membuat mereka miskin tidak dibenahi dan diperbaiki..?!

Lalu menyoroti kebocoran dalam proyek-proyek pembangunan dan fasilitas dan sarana umum misalnya, mengapa terjadi kebocoran dan penyimpangan demikian..?! Jawabannya karena baik pemberi proyek, perancangnya sampai ke pelaksananya sudah terbiasa dengan sistem sogok-menyogok (baca : risywah) sehingga dana triliunan rupiah menguap ke kantong-kantong pribadi sementara sarana umum menjadi tak terurus dan amat rendah kualitas dan daya tahannya karena sebagian dananya bocor disana-sini.. Kita (baca : dakwah Islam) masih belum lagi mampu bersaing menjadi kontraktor dan pemborong besar, selain menjadi kontraktor kecil-kecil, karena nggak punya dana dan oleh karenanya nggak diberikan kesempatan untuk mendapat proyek besar dan menjadi besar.. Belum lagi soal pengadaan buku-buku, program film-film Islami, pembiayaan riset-riset Islami, dan sebagainya.. Kesemuanya itu butuh dana amat sangat besar.. Yang tentunya tak akan dapat kita garap jika kita miskin dari aghniya’ dan konglomerat Islami (kalau konglomerat muslim sudah banyak, namun yang Islami yang sulit).. Sehingga sebagian ikhwah yang berpotensi untuk menjadi kaya –sepanjang didapat dari yang halal dan dibelanjakan juga untuk yang halal—haruslah kita dukung dan kita perjuangkan, karena dakwah ini tidak hanya membutuhkan para murabbi, para dai, muballigh dan guru saja.. namun juga butuh para pelaku bisnis, praktisi ekonomi serta para konglomerat yang mampu mendanai proyek besar bernama Pembangunan Peradaban Islami..Semoga kelak banyak ikhwah yang mampu memikulnya, amin ya RABB..

WaliLLAAHil hamdu wal minah…

0 comments:

Post a Comment

 

TUNGGU TEDUH DULU Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template